Prinsip-Prinsip Farmakodinamika Dan Mekanisme Kerja Obat Farmakodinamika

klinikabar.com, Prinsip-Prinsip Farmakodinamika Dan Mekanisme Kerja Obat Farmakodinamika - Definisi Farmakodinamika adalah mempelajari kegiatan obat terhadap organisme hidup, terutama cara dan mekanisme kerjanya, reaksi fisiologi, serta efek terapeutik yang ditimbulkan.

Prinsip-Prinsip Farmakodinamika


Gambar Prinsip-Prinsip Farmakodinamika Dan Mekanisme Kerja Obat Farmakodinamika


1. Mekanisme Kerja Obat Farmakodinamika

Meskipun sudah banyak diketahui tentang efek obat dalam terhadap tubuh manusia, tetapi tidak semua mekanisme kerjanya dapat dipahami dengan benar.

Penggolongan Mekanisme Kerja Obat Secara Umum :

a. Mekanisme Kerja Obat Secara Fisika
Mekanisme kerja obat secara fisika adalah dapat menyebabkan terjadinya perubahan sifat fisika dari sel atau dari organ tubuh.

Contohnya :
1. Pencahar Osmotik
Yaitu dengan menarik air dari sekitarnya sehingga isi usus bertambah besar dan konsistensi isi usus berkurang sehingga merangsang pergerakan peristaltik usus lebih cepat dan mempercepat pengeluarannya (magnesium, Sulfat, Natrium Sulfat, dan lain-lain).

2. Diuretik Osmotik
Yaitu dengan meningkatkan tekanan osmotik ultra filtrasi di ginjal sehingga menimbulkan efek diuresis (Mannitol, Sorbitol, dan lain-lain)

3. Anestetika Inhalasi
Yaitu obat larut dalam lapisan lemak membran sel dan mengubah permeabilitas membran, sehingga menyebabkan transpor oksigen dan zat-zat gizi terganggu. Sehingga menyebabkan terjadinya hilangnya perasaan atau rasa sakit.

b. Mekanisme Kerja Obat Secara Kimia
Mekanisme kerja obat secara kimia adalah terjadi reaksi kimia antara obat dengan zat endogen.

Contohnya :
Antasida, yaitu umumnya merupakan basa lemah yang akan bereaksi dengan asam lambung sehingga mengurangi keasaman cairan lambung.

c. Mekanisme Kerja Obat Yang Mengganggu Proses Metabolisme Sel
Contoh :
Antibiotik ; mengganggu proses pembentukan dinding sel bakteri sehingga pertumbuhannya terganggu.

d. Mekanisme Kerja Obat Dengan Kompetisi Dengan Zat Endogen Untuk Menduduki Reseptor.
Contoh :
Antihistamin berkompetisi dengan histamin endogen untuk menduduki reseptor sehingga reaksi alergi dihambat.

2 Receptor Obat Farmakodinamika

Reseptor obat dibagi dalam 3 golongan yaitu :

a. Sifat Kimia
Komponen utama reseptor obat umumnya berupa protein atau asam nukleat dimana akan berikatan dengan molekul obat.

b. Hubungan Struktur-Aktivitas
Struktur kimia suatu obat berhubungan erat dengan afinitasnya terhadap reseptor, sehingga perubahan kecil dalam molekul obat dapat menimbulkan perubahan besar dalam sifat farmakologinya.

c. Reseptor Blocker
Obat yang struktur kimianya mirip dengan hormon, mampu menempati reseptor hormon tersebut sehingga menghalangi aktivitas hormon tersebut.

Contoh ;
1. B-blocker akan bersaing dengan Noradrenalin endogen untuk menduduki reseptor B1 dan B2 (propranolol)
2. H1 blocker akan bersaing dengan histamin untuk menduduki reseptor H1 (antihistamin)

d. Interaksi Obat-Reseptor
Ikatan antara obat dengan reseptor biasanya merupakan ikatan lemah, menurut teori pendudukan reseptor bahwa intensitas efek obat berbanding lurus dengan fraksi reseptor yang diduduki atau yang diikatnya dan intensitas efek mencapai maksimal bila seluruh reseptor diduduki oleh obat.

3. Efek Terapeutik Obat Farmakodinamika

Tidak semua obat bersifat benar-benar menyembuhkan penyakit, banyak diantaranya hanya meniadakan atau meringankan gejala-gejalanya, sehingga dapat dibedakan berdasarkan jenis pengobatannya.

3 Jenis Pengobatan :
a. Terapi Kausal
Yaitu terapi dengan meniadakan  penyebab penyakit, khususnya dalam pemusnahan kuman atau parasit (contohnya : antibiotik)

b. Terapi Simptomatik
Yaitu hanya menghilangkan atau mengurangi gejala penyakit, sebabnya yang lebih mendalam tidak dipengaruhi (contohnya : analgetik)

c. Terapi Substitusi
Yaitu obat menggantikan zat yang umumnya dibuat oleh organ yang sakit (contohnya : insulin)

4. Efek-Efek Obat Yang Tidak Diinginkan

a. Efek Samping
Efek samping suatu obat adalah segala sesuatu khasiat obat yang tidak diinginkan untuk tujuan terapi yang dimaksud pada dosis yang dianjurkan.
Contoh : mual, muntah, ngantuk dan lain-lain

b. Alergi
Alergi berarti "berlaku berlainan" dan mungkin didasarkan suatu kelainan pada sistem imun tubuh yang berfungsi untuk melindungi organisme dari zat-zat asing yang masuk ke dalam tubuh.

Reaksi alergi :
1. Bila suatu protein asing (antigen) masuk berulang kali ke dalam aliran darah seseorang yang hipersensitif (faktor keturunan), maka B-Cell akan membentuk antibodi (IgE) dan mengikatkan diri pada mast cell.

2. Bila antigen yang sama masuk lagi ke dalam tubuh, maka terjadilah penggabungan antigen-antibodi sehingga dapat menyebabkan pecahnya mast cell dan membebaskan histamin. Alergi silang dapat terjadi antara zat dengan struktur kimia yang hampir sama, misalnya sulfonamide dengan turunannya, penisilin dan turunanya, dan lain-lain.

5. Efek Toksik Obat

Pada umumnya efek toksik obat berhubungan langsung dengan tingginya dosis, karena setiap obat dalam dosis, karena setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat menimbulkan efek toksik.

Efek teratogen adalah efek obat yang pada dosis terapeutik untuk ibu hamil mengakibatkan cacat pada janin. kerusakan paling hebat terjadi pada masa kehamilan muda. Yaitu pada 12 minggu permulaan kehamilan (minggu ke 3 sampai minggu ke-8), karena pada masa itu terbentuk organ-organ tubuh seperti kaki, tangan dan organ-organ penting lainnya. obat yang dicurigai mempunyai efek teratogenik antara lain ; golongan barbital, amfetamin, asetosal, sulfonamid, dan lain-lain.

6. Toleransi, Habituasi dan Adiksi

Toleransi
Adalah peristiwa dimana dosis harus dinaikan terus menerus untuk mencapai efek teraputik yang sama.

Habituasi
Adalah toleransi obat akibat seringnya minum obat tertentu (faktor kebiasaan)

Adiksi
Adalah gejala ketagihan atau kecanduan obat dimana pasien ingin menggunakan terus obat tersebut. contohnya : morfin, heroin, kokain, dan lain-lain.

7. Kombinasi Obat

Dua obat yang digunakan pada waktu bersamaan dapat saling mempengaruhi kerjanya masing-masing obat, yaitu :
a. Antagonisme
Antagonisme yaitu kegiatan obat pertama dikurangi atau ditiadakan sama sekali oleh obat kedua yang memiliki efek farmakologi yang bertentangan.

b. Sinergisme
Sinergisme adalah kerjasama antara dua obat, ada 2 jenis sinergisme, yaitu :
1. Adisi atau Sumasi
Adisi atau sumasi adalah efek kombinasi adalah sama dengan jumlah kegiatan dari masing-masing obat. Contohnya : asetosal dengan parasetamol

2. Potensiasi
Potensiasi yaitu kegiatan obat pertama diperkuat oleh obat kedua atau sebaliknya. contohnya ; estrogen dengan progesteron, sulfametoksazol dengan trimetoprim.

Penutup



Hubungan dosis dengan intensitas efek dalam keadaan sesungguhnya tidaklah sederhana karena banyaknya obat bekerja secara kompleks dalam menghasilkan efek, efek antihipertensi misalnya, merupakan kombinasi efek obat terhadap jantung, vascular dan sistem saraf.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel