3 Cara Ajari Anak Mengelola Uang Sejak Dini

klinikabar.com, Cara Ajari Anak Mengelola Uang Sejak Dini - Pasti kita pernah beranggapan bahwa mengenalkan konsep uang sejak dini akan menjadikannya menjadi boros dan konsumtif. Ternyata paradigma itu salah. Justru perlu dilakukan dan penting. Tujuannya, agar anak ketika dewasa nanti bisa mengelola emosi terhadap keinginan membeli sesuatu, itu sebabnya kita harus mengajari anak mengelola keuangan.

Mengenalkan Anak Cara Mengatur Keuangan


Gambar 3 Cara Ajari Anak Mengelola Uang Sejak Dini


Kita sudah bisa mengenalkan konsep uang pada anak umur 3 tahun. Tentu saja diajarkan secara perlahan dan secara bertahap. Anak pada usia prasekolah memang belum mengerti teori tentang mengelola uang. Untuk itu, dengan melakukan praktik langsung atau by experience, kita bisa mengajarkan anak soal keuangan.

Kita dapat menjelaskan pada anak secara sederhana, misalnya menjelaskan jika kita ingin sesuatu, tidak didapatkan begitu saja. Ada harganya. Atau, jika kita datang ke toko dan ingin membeli sesuatu, maka kita harus membeli dengan menggunakan uang. Terus kenalkan, ini uangnya. Cuma saja, anak balita belum tahu berapa nilai uang. Setidaknya mereka tahu konsep uang. Mereka juga belajar mengantri di kasir, jadi kita bilang pada anak kita " Kita ngantri disini untuk bayar, jadi tidak langsung keluar".

3 Cara Ajari Anak Mengelola Uang

1. Belajar Membeli

Kita bisa mengajarkan sikap membeli pada anak. Misalnya mengatakan pada anak, bahwa kita boleh membeli satu barang saja. Contohnya mainan atau makanan. Jadi anak belajar memilih apa yang ia mau beli. Nah dengan begitu, kita tidak mengajarkan konsep uang saja, tapi kita juga mengajarkan sikap terhadap uang.

Perlu diketahui, yang sebenarnya berbahaya dari uang adalah pengelolaannya. Ketika kita tidak tahu cara mengelola uang, maka percuma saja jika kita memiliki banyak uang. Kita tidak mau anak kita jatuh pada utang dan dikuasai uang. Kita maunya mereka yang menguasai yang. Mau uang di tangan sedikit atau banyak, mereka bisa mengelola uang.

Tidak sedikit orang tua yang bangga jika anaknya mampu membeli sesuatu yang lebih pada anak, apalagi jika si orang tua memiliki penghasilan yang tidak besar. Mereka membolehkan anak membeli barang apa saja lebih dari satu. kadang-kadang kita sebagai orang tua tidak sadar, kita ingin menyenangkan hati anak kita dengan cara membelikan sesuatu, padahal hal tersebut justru mendukung anak berbelanja lebih dari yang ia inginkan.

Ketika kita menyuruh anak membeli apa yang dia inginkan, kita sebenarnya mendorong anak untuk kompulsif. Compulsive buyer adalah hal atau pembelanja yang kompulsif adalah hal tidak baik. Karena nantinya akan membuat anak berbelanja lebih dari yang dia mau. hal tersebut karena adanya dorongan emosional, seperti baru menerima gaji dan merasa punya uang, atau ketika lagi marah dan melampiaskannya kepada belanja. Kita ingin ketika mereka belanja didasarkan dengan alasan yang lebih kuat, tidak hanya sekedar punya uang lebih, atau dorongan impulsif atau keinginan sesaat saja.

2. Belajar Menabung Sendiri

Memasuki usia SD, anak sudah bisa planning. Anak sudah mengerti nilai uang, dan mereka bisa belajar merencanakan dan mengatur strategi. Misalnya, waktu anak dapat uang jajan sepuluh ribu, kita bisa tanyakan berapa yang akan ditabung dan mereka dapat menyimpan uangnya sendiri. Jadi mereka bisa belajar menabung sendiri, bukan kita yang menyimpan uang mereka.

Pada saat anak sudah sekolah dan sudah kenal dengan uang, mereka bisa belajar plan, kita dapat mengajarkan anak tentang barang apa saja yang dibutuhkan atau mau dibeli. Misalnya, kenapa barang A yang harus terlebih dulu dibeli, dan bukan barang B. Itu bisa menjadi diskusi kita dengan anak. Kita bisa mengajarkan kesempatan apa yang hilang ketika memilih sesuatu. Mana yang lebih dahulu diprioritaskan dengan lebih rinci, agar anak bisa mengatur strategi dalam mendapatkan yang diinginkan.

Kesalahan yang sering kita lakukan ketika mengatur keuangan adalah menabung di belakang. Maksudnya, ketika kita baru menerima gaji, maka kita langsung menggunakan uang tersebut untuk membayar atau untuk membeli keperluan yang diinginkan. Sedangkan konsep yang sebenarnya adalah kita harus menyisihkan dahulu uang yang ingin ditabung, baru kita dapat membelanjakan sisa uang yang ada. Jadi, kita dapat melihat pertambahan uang di tabungan kita.

3. Belajar Tega

Salah satu penentu keberhasilan anak di masa depan adalah delay gratification atau kepuasan yang tertunda. maksudnya, jika anak mempunyai keinginan, kita tidak bisa langsung memberikan atau mengabulkannya. Namun, mereka belajar untuk menunggu, belajar untuk sabar. Dan dalam waktu menunggu itu, mereka mampu meregulasi emosinya atau mengelola harapan.

Sebagian dari kita tidak bisa mengelola kesabaran, maunya instan. Karena sekarang kita berada di zaman yang serba cepat. Padahal sebenarnya, ada hal-hal yang harus berjalan lambat, seperti kerja keras, proses menjadi kaya, dan memang tidak bisa diraih dengan waktu yang singkat. Pada akhirnya, kita harus belajar mengelola ekspektasi dan mengelola diri kita, juga mengelola bagaimana caranya dalam kondisi cukup atau kurang kita tetap bahagia, itu yang sulit. jadi, kita tidak merasa kurang, tapi merasa cukup dalam berbagai kondisi.

Mau tidak mau, kita harus tega pada anak, kita sebagai orang tua perlu sikap tenang dan tidak mengubah aturan pada anak, apabila mereka merengek minta dituruti keinginannya saat itu. Orang tua harus membantu anak untuk bisa me-manage dirinya di masa depan. jadi, kita tidak perlu menghindari anak yang menangis, karena sewajarnya anak jika tidak dapat apa yang diinginkannya, maka menangis jadi senjatanya. 

Penutup

Yang harus dipertimbangkan orang tua adalah kita bantu anak mengelola emosi atau harapannya, saat barang itu tidak menjadi miliknya sekarang. Ketika anak menangis, kita cukup mengatakan "maaf ya, kamu tidak bisa punya mainan baru hari ini, karena hari ini kita tidak berencana membeli mainan" lalu kita peluk anak kita. Karena balita perlu tahu bahwa kita sayang sama mereka. Jadi kita membantu menenangkan anak, terlepas dari dia yang tidak mendapatkan apa yang diinginkannya.

Jadi solusi untuk mengajari anak mengelola uang, bukan dengan mengikuti apa yang diinginkan anak agar anak berhenti menangis, tapi kita bantu anak untuk mengelola emosi. Karena nanti sikap mengendalikan dirinya datang dari situ.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel