Upacara Naik Dango Ritual Adat Masyarakat Dayak Kendayan

klinikabar.com, Upacara Naik Dango Dalam Ritual Adat Masyarakat Dayak Kendayan - Kalimantan Barat, Budaya agraris merupakan unsur dominan yang berlaku pada sebagian besar masyarakat tradisional  di Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat tradisional menjalankan budaya agraris ini sebagai pegangan hidup yang juga merupakan aktivitas religi mereka. Sistem religi dalam suatu kebudayaan selalu mempunyai ciri-ciri untuk sedapat mungkin memelihara emosi keagamaan itu di antara pengikut-pengikutnya.

Upacara Naik Dango Dayak Kendayan


Gambar Upacara Naik Dango Ritual Adat Masyarakat Dayak Kendayan


Dengan demikian emosi keagamaan merupakan unsur penting dalam sistem religi bersama dengan tiga unsur yang lain yaitu : sistem keyakinan, sistem upacara keagamaan dan umat yang menganut religi itu. Sistem religi yang muncul dari budaya agraris pada masyarakat tradisional tersebut biasanya diwujudkan ke dalam bentuk upacara ritual yang mengandung makna filosofis. salah satunya adalah upacara Naik Dango, yang dilakukan oleh masyarakat Dayak Kendayan di Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat.

Upacara Naik Dango Dayak Kendayan

Upacara Naik Dango merupakan puncak dari beberapa tahapan sistem praktek perladangan tradisional yang telah dilaksanakan secara turun temurun pada masyarakat Suku Dayak Kendayan. Upacara ritual yang dilakukan setelah panen padi ini merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat kepada Jubata yang telah memberikan kesehatan, keselamatan serta hasil panen yang melimpah.

Dalam upacara naik dango ini tergambar keyakinan masyarakat Dayak Kendayan akan kebesaran Tuhan (Jubata) yang merupakan suatu kekuatan luar biasa yang melindungi dan menjaga mereka dengan menurunkan berkah serta rakhmat, namun juga dapat menurunkan kutukan dan bencana. Oleh karena itu pada upacara naik dango juga dilakukan doa dan permohonan agar Jubata melindungi dan menjaga serta mencukupi kebutuhan hidup mereka hingga datang masa panen yang akan datang. Berkaitan dengan kelangsungan hidup mereka sebagai petani atau peladang. upacara naik dango ini juga memiliki fungsi sebagai ajang silaturahmi masyarakat Dayak Kendayan.

Tahap Persiapan Upacara Naik Dango

Pada tahap awal ini kepala desa bersama beberapa masyarakat warga tetua masyarakat mengadakan bahaupm untuk menyusun rencana kerja dalam pelaksanaan upacara naik dango, yaitu : menentukan hari pelaksanaan upacara ; pembentukan petugas pelaksanaan kegiatan ; dan mempersiapkan peralatan dan bahan sajian yang diperlukan.

Tahap Pelaksanaan Upacara Naik Dango

Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan ritual yang pelaksanaannya dipimpin oleh panyangahatn dengan urutan kegiatan sebagai berikut :

1. Naik La Pamanukng atau Pasugu
Pemilihan tempat pamanukng atau pasugu disesuaikan dengan keadaan desa setempat, pagi hari dilakukan sembahyang di pasugu atau pamanukng untuk memohon berkat dari Jubata agar pelaksanaan upacara naik dango tidak mengalami hambatan dan halangan.

Dalam pelaksanaannya dilakukan : pembuatan palanteatn nyangahatn, bapipis (nyangahatn manta), penyembelihan babi dan ayam yang kemudian dilanjutkan dengan pembersihan hingga siap sangahatn (siap untuk dimasak), nyangahatn masak, kemudian makan bersama.

2. Ngalantekatn Gumare
Pada sore harinya dikeluarkan ngalantekatn di tangah sami dan di dango, diikuti dengan penyembelihan babi dan ayam. kalau babi jantan dan ayam betina disembelih di atas dango pado, sedangkan babi betina dan ayam betina disembelih di bawah dang padi.

3. Nyangahatn ka Dango dan tempat-tempat lain
Pada pagi hari esoknya dilakukan bapipis secara serempak di dango dan di tempat-tempat lain, setelah bapipis dilaksanakan semua ayam disembelih dan dipersiapkan bersama bahan-bahan lainnya untuk memasuki nyangahatn masak yang dilakukan pada : sami, milik, pabarasatn, dango padi, padulangatn, sado, bua-bua.

4. Makatn Sirange
Pulang dari dango padi setelah nyangahatn di tempat tersebut barulah dilakukan makatn sirage yang diatur oleh lamader dan pajakn. Acara makatn sirage ini diikuti oleh semua tamu yang diundang dengan pelayanan yang sebaik-baiknya.

5. Tahap Akhir (Penutup)
Setelah selesai upacara makatn sirage sebagai tahap akhir (penutup) dari seluruh rangkaian upacara naik dango ini, dilakukan upacara ngongko pirikng pada sore harinya diantar oleh komander dan pajajakng. Setelah selesai ngongko piriking ini berarti selesai pula seluruh rangkaian kegiatan upacara naik dango.

Materi atau peralatan yang digunakan dalam upacara naik dango

  • Upacara di payungu : pabayo kelangkan, pahan lengkap dengan sesajennya, tempayan kecil dan pisau, tikar pandan, tangitn, babi dan ayam.
  • Upacara di dango ; gong (tawak-tawak), baluh besar dan baluh kecil, tikar pandan, pahar lengkap dengan sesajennya, tangkitn, pelita, padi beras dan padi ketan, panyisir dan ayam, tempayan kecil, dan pisau.
  • Upacara di sami : pahar dan sesajen nya, tempayan tajau, gong (tawak-tawak), alu, inge, topang banih, tangkitn, tempayan kecil dan pisau, tugal, rangsukng, tikar bide dan tikar pandan.


Kamus :
  • Jubata : dalam kepercayaan masyarakat Dayak, Jubata dianggap sebagai dewa atau Tuhan yang melindungi kehidupan seluruh makhluk.
  • Bahaupm : adalah musyawarah yang dipimpin oleh kepala kampung sebelum penyelenggaraan upacara
  • Panyangahatn : adalah orang yang melakukan nyangahatn
  • Pamanunkng atau Pasugu : adalah tempat persembahan
  • Nyangahatn : adalah upacara ritual dengan persembahan hewan (remahan), peralatan yang digunakan dalam ritual ini antara lain peralatan hidup sehari-hari yang berhubungan dengan pertanian
  • Bapipis : adalah upacara yang dilakukan pagi hari untuk nyangahatn manok (ayam) dilakukan di tengah sami ( ruang tengah rumah / ruang tamu)
  • Ngalantektn : adalah upacara yang dilakukan panyangahatn dalam mengawali kegiatan di rumah (tengah sami atau ruang tamu)
  • Dango Padi : adalah dangau atau bangunan kecil tempat menyimpan padi yang telah dijemur hingga kering
  • Milik : adalah ruang bagian belakang rumah yang berdekatan dengan dapur atau ruang makan, ruangan ini biasanya dipergunakan hanya oleh anggota keluarga bukan untuk tamu.
  • Pabarasatn : tempat menyimpan beras, merupakan tempat yang paling dihormati karena dianggap membawa tuah atau berkat.
  • Padulangtn (dulakng) : adalah wadah tempat memberi makan babi yang ditaruh di kandang babi
  • Sado : adalah kandang ayam, biasanya ditempatkan dibelakang rumah
  • Makatn Sirage : adalah tahapan upacara yang dilakukan pada akhir upacara naik dango (penutup)
  • Nongko Pirikng : adalah membagi pirikng, yaitu bagian makanan yang diberikan kepada tamu yang pulang setelah upacara naik dango selesai.
  • Pabayo : adalah belahan bambu panjang sekitar 3-5 ruas yang dikikis bagian kulitnya, setelah itu diraut tipis dan terakhir dibelah menjadi 5-7 bagian
  • Pahar atau talam : adalah wadah tempat sesaji.

Source : Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel