Raja Oyo Nyimba Raja Uganda Paling Muda Di Dunia

klinikabar.com, Raja Oyo Nyimba Raja Uganda Paling Muda Di Dunia - Raja Paling Muda Di Dunia Dari Kerajaan Toro, Uganda adalah Oyo Nyimba. Pada pukul 4 pagi, tanggal 17 April 2010, Pangeran Oyo Nyimba Kabamba Iguru Rukidi IV akhirnya dimahkotai sebagai Raja di tengah kerumunan rakyatnya. Setelah itu ia masuk kedalam istana sebagai penguasa baru Kerajaan Toro. Acara ini bertepatan dengan upacara ulang tahunnya ke-18 yang melibatkan sejumlah ritual tradisional di Kota Portal Fort, sebagai markas besar kerajaan. Diapun menjalani ritual dengan dilayani makan pertamanya sebagai raja.

Raja Uganda Paling Muda Di Dunia


Gambar Raja Oyo Nyimba Raja Uganda Paling Muda Di Dunia


Di acara Penobatan Raja Oyo Nyimba tersebut terdapat makanan yang khas dari Kerjaan Toro yaitu hidangan raja terbuat dari adonan millet. Sayangnya, tidak dijelaskan secara rinci jenis makanan seperti apa itu millet. Yang pasti Raja Oyo duduk dipangkuan seorang gadis perawan dan selanjutnya bersumpah setia di depan mahkota yang diletakkan diatas tanah. Acara penobatan juga bertepatan dengan Festival Empango, sebuah Festival yang menjadi acara tahunan sejak Raja Oyo naik tahta 15 tahun lalu.

Festival Empango telah menjadi salah satu daya tarik terbesar di kawasan wisata di daerah itu, Ibu Ratu, Best Kemigisa Akiiki menyambut penobatan itu dengan bahagia. Ia berkata "saya sekarang senang akhirnya tiba saatnya ia pantas menjadi raja".

Setelah dinobatkan sebagai raja, Raja Oyo memiliki kekuasaan mengangkat dan memecat pejabat kerajaan. Tentu itulah salah satu perbedaan yang kini dimiliki setelah belasan tahun hanya menjadi simbol belaka. "Saya berterimakasih kepada Presiden Museveni dan masyarakat Toro yang telah membantu saya saat ini. Kami akan lebih banyak teman untuk membantu kami mengembangkan kerajaan" itulah yang diucapkan Ratu Kemigisa.

Saat Raja Oyo Ditinggal Ayah Di Usia Balita

Kematian sang ayah, Raja Daud Patrick Mahtew Kaboyo Olimi III, atau Raja Kaboyo pada tahun 1995 membuat putra mahkotanya, Pangeran Oyo harus menggantikannya sebagai raja. Padahal saat itu ia masih balita. Namun, ketentuan serta garis tangannya sebagai keturunan raja mengharuskan demikian. Maka pada tanggal 12 September 1995, seminggu setelah penguburan Raja Kaboyo, ritual Empangi dilaksanakan untuk menyerahkan kendali kekuasaan pada Pangeran Oyo.

Kini belasan tahun sudah berlalu sejak penobatan pertama. Ia dikukuhkan kembali menadai kalau ia sah sebagai raja dan boleh menjalankan kekuasaan yang menjadi haknya. Segera setelah dinobatkan, ia mengambil alih kekuasaan dari ketiga bupati yang selama ini merawat dan menjalankan perannya sebagai pemimpin Kerajaan Toro, Uganda.

Ritual budaya dalam penobatan Raja Oyo berjalan sangat Khidmad. Selain itu acara diikuti dengan upacara keagamaan yang dipimpin langsung oleh Uskup Anglikan, Eustance Kamanyire. Presiden Uganda, Yoweri Museveni Kaguta, juga ikut hadir dalam perayaan penobatan serta memberikan sejumlah upeti kepada Raja Oyo.

Raja Oyo Nyimba mendapat gelar sebagai Omukama yang berarti Raja dan Rukirabasaija berarti terbesar di antara laki-laki. Meskipun ia dianggap sebagai pemimpin kedaulatan Batooro, namun sebagaimana raja-raja zaman sekarang, kekuasaan Oyo Nyimba terbatas pada tugas-tugas budaya belaka.

Komitmen Raja Oyo Nyimba Membangun Kerajaan Toro

Salah satu tugas utama Raja Oyo Nyimba adalah melakukan lobi-lobi pada berbagai pihak untuk memberikan sumbangan bagi proyek-proyek kesejahteraan ekonomi dan sosial demi kesejahteraan rakyat. Proyek ini termasuk program kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan budaya. Yang terakhir ini dianggap cukup penting karena dengan memiliki budaya yang kuat membangun kepercayaan masyarakat kerajaan dan mempromosikan jati dirinya. Didukung Bupati dan Keluarga, Raja Oyo Nyimba berkeliling dunia mencari bantuan asing untuk pengembangan Toro.

'Saya siap memimpin Kerajaan Toro, karena saya sudah dinobatkan sebagai Raja, saya selalu siap memimpin dan telah melalui pelatihan kepemimpinan' ucap Raja Oyo Nyimba. dalam pidato pertamanya di depan rakyatnya ia berkata ' keamanan pangan akan menjadi perhatian utama wilayah kerajaan, setiap keluarga harus memiliki cukup makan dan untuk menyimpan sumber pangan. kita harus menghidupkan kembali sistem lama dari lumbung di rumah".

Tentu saja tidak mudah bagi raja Oyo yang relatif muda untuk menjalankan peran dan misinya sebagai pemimpin masyarakat. itu akan menjadi tantangan terberatnya. Apalagi negerinya yang dipimpinnya, sebagai penduduk yang buta huruf dan terjangkit HIV/AIDS. "Saya ingin melihat setiap pemuda di Kerajaan Toro memiliki masa depan cerah dan bebas dari HIV/AIDS" kata Raja Oyo dalam sambutan penobatannya. Raja Oyo Nyimba juga menjelaskan rencananya "saya ingin membuka lebih banyak Rumah sakit, dan mendorong pemeriksaan rutin untuk mengurangi ancaman HIV/AIDS di Kerajaan Toro. Saya berkomitmen membawa Toro menjadi lebih baik".

Raja Oyo Nyimba memiliki tubuh yang tinggi dan gagah juga memiliki watak lembut, penuh dengan kerendahan hati dan menjunjung tinggi martabat bangsanya. Dalam pidatonya dia juga berkata "rencana saya yang pertama adalah mengurangi tingkat buta huruf di Toro memulai promosi peningkatan pendidikan dan pembangunan fasilitas sosial. Lalu mengurangi HIV/AIDS yang dapat menghancurkan kami semua".

Mungkinkah raja muda itu bisa melalui tantangan yang dihadapi negerinya sejak lama? Sebab banyak masalah yang akan dihadapi Raja Oyo Nyimba berkaitan dengan kondisi penduduknya. Mulai dari pendapatan penduduk yang rendah, kesehatan dan kondisi sanitasi yang buruk, serta perumahan tidak memadai. Baru-baru ini Raja Oyo menerima 100 kursi roda atas nama kerajaan yang didistribusikan ke lima wilayah Toro. Proyek-proyek kemanusiaan lainnya didukung Inggris melalui Batebe. Ia juga mendirikan Yayasan Toro yang menjalankan dana pendidikan khusus untuk anak-anak yang membutuhkan.

Masa Kecil Raja Oyo Nyimba Yang Penuh Kasih Sayang

Raja Oyo Nyimba lahir pada 6 April 1992 di Rumah Sakit Nsambya di Kampala. Kehadiran Oyo di dunia merupakan saat yang membahagiakan bagi ayahnya, Raja Daud Patrick Mathew Kaboyo Olimi III dan Ibunya, Ratu Best Kemigisa Akiiki. Ia dilimpahi perhatian dan kasih sayang dari kedua orangtuanya. Namun sangat disayangkan, pada bulan Agustus 1995, ayahnya meninggal dunia dalam usia yang relatif muda yaitu 49 tahun. Pangeran Oyo yang masih sekolah ditamana kana-kanak kala itu, masuk buku Recor Guiness Record Book sebagai raja termuda di dunia, ia menggeser nama Raja Swaziland Mswati, yang telah menjadi raja pada usia 18 tahun, saat ini menggantikan ayahnya yang bernama Raja Sobhuza II.

Saat penobatan pada tahun 1996 berlangsung, Raja Oyo kecil pun tidak nyaman dengan mahkotanya. Ketika Presiden Museveni memberikan pidato, ia melompat keluar dan berlari ke pangkuan ibunya. "Saya belum pernah melihat orang begitu banyak dan saya tidak bisa menghitung berapa banyaknya mereka" kata Oyo kecil dengan wajah yang polos.

Ketika sudah dewasa dan dinobatkan menjadi raja, Raja Oyo mengenang masa kecilnya dulu, "saya masih terlalu kecil saat itu. Setelah melalui proses panjang, pada umur 18 tahun sekarang ini, saya siap menjalankan tugas saya dengan benar" katanya penuh dengan percaya diri.

Oyo kecil sangat menyukai permainan sepak bola, seperti ayahnya. bahkan setelah dewasa pun, ia masih menyukai sepak bola. beberapa tahun lalu, ia bergabung dengan Akademi Proline di Kampala untuk meningkatkan keterampilan sepak bolanya. Namun menyadari kewajibannya sebagai raja, raja Oyo tidak ingin bermain sepak bola di tingkat profesional. Ia sangat mengidolakan tim Inggris, Arsenal, dan tidak pernah ketinggalan menonton pertandingan tim idolanya tersebut.

Selain sepak bola, Raja Oyo juga hobi menonton film, "saya suka menonton film pada umumnya. saya tidak favorit salah satu genre tertentu. Saya suka semua jenis film". dan Raja Oyo juga menyukai makanan ayam dan nasi. Oyo kecil hidup penuh limpahan kasih sayang dari orang-orang disekitarnya. Mereka menjadi wali Oyo dalam memimpin Kerajaan Toro. mereka termasuk Presiden Museveni, Presiden Libya Kolonel Muammar Gaddafi, Ibunya sendiri, Ratu Kemigisa, lalu bibinya yang bernama Elizabeth Bagaya, dan Kabaka Mutebi dari Buganda.

Presiden Libya Muammar Gaddafi juga selalu menghadiri perayaan ulang tahun Oyo, termasuk saat ia berumur 6 tahun. Gaddafi sangat murah hati dalam dukungannya kepada masyarakat Toro melalui sumbangan, seperti saat ia membantu memperbaharui Istana di Front Portal yang menggunakan biaya sekitar $ 200.000.

Penutup

Selain memiliki tugas resmi sebagai raja, Oyo juga belajar dan bermain bersama teman-temannya, ia menghabiskan dua tahun di London sebelum masuk sekolah. saat mulai belajar di Sekolah, Oyo selalu dikawal pasukan pengawal kerajaan, saat ini merupakan tahun terakhir Raja Oyo menyelesaikan sekolah Internasional dan melanjutkan studi ke universitas mengambil jurusan Ekowisata.

'Saya tertarik lingkungan hidup' jelas Raja Oyo yang menyukai pelajaran matematika ini, ibunya menyarankan ia bisa bergabung dengan Akademi Militer Sandhurst yang terkenal di Inggris setelah menyelesaikan studinya di Universitas. Namun tentunya sambil ia aktif menjalankan perannya sebagai Raja Toro.

Baca Juga Arti Obama Untuk Amerika Serikat

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel