Anemia Pada Ibu Hamil Dan Ancaman Persalinan Prematur

klinikabar.com Gangguan Anemia pada ibu hamil dan ancaman persalinan prematur adalah dua hal yang perlu ibu waspadai dan harus dicegah sedemikian rupa agar bayi yang ada dalam kandungan atau yang dilahirkan dapat selamat dan sehat.

Anemia Pada Ibu Hamil

Secara umum, anemia dalam kehamilan dibagi ke dalam 4 jenis, yaitu anemia defisiensi besi, megaloblastik, hipoplastik, dan hemolitik. Yang paling banyak diderita oleh wanita hamil adalah anemia defisiensi besi akibat kekurangan zat besi karena minimnya asupan unsur besi dari makanan ke tubuh. 

Bisa jadi makanan yang dikonsumsi-nya memang kurang unsur zat besinya atau karena adanya gangguan pencernaan, hingga tidak bisa diserap tubuh.

Gambar Anemia Pada Ibu Hamil Dan Ancaman Persalinan Prematur


Padahal, selama kehamilan kebutuhan zat besi akan bertambah sejalan dengan perkembangan janin, plasenta, dan peningkatan sel darah merah si ibu. Volume darah pun meningkat, hingga jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk memproduksi sel darah merah yang juga meningkat.

Seseorang dikatakan anemia apabila kadar Hb tau hemoglobin darahnya rendah. Hb atau hemoglobin ini merupakan bagian penting sebagai penyusun sel darah merah yang berfungsi mengikat oksigen dan membawanya ke sel-sel tubuh, termasuk ke janin.

Menurut World Health Organization (WHO), seseorang dikatakan menderita anemia jika kadar Hb-nya lebih rendah dari 12 gr/dl pada wanita dewasa, kurang dari 13 gr/dl pada pria dewasa.

Untuk mencegah anemia kekurangan zat besi, ibu hamil dianjurkan makan makanan yang kaya akan zat besi. Biasanya dokter akan memberi resep tambahan zat besi. Bila kekurangan zat besinya ringan, mungkin tidak memunculkan gejala apapun.

Lain halnya ketika sel darah merah pembawa oksigen makin berkurang, ibu akan menunjukkan gejala pucat, letih, lemah, berdebar, sesak nafas, dan mudah pingsan. Kerja jantung pun meningkat sehingga denyut nadi menjadi cepat.

Namun tidak sedikit pula anemia muncul karena kehamilan itu sendiri akibat terjadinya perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Selama kehamilan ibu akan mengalami hidremia atau hipervolemia, yaitu jumlah darah bertambah banyak, namun bertambahnya sel-sel darah ini kurang dibandingkan dengan plasma darah.

Perbandingannya, sel darah bertambah 18 persen, sedangkan hemoglobin sekitar 19 persen. Akibatnya terjadi pengenceran darah yang juga mengakibatkan viskositas (kekentalan) darah berkurang.

Untuk mengatasi Anemia saat hamil, sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, seperti mengkonsumsi daging merah, hati, telur, roti, sereal, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayur-sayuran berwarna hijau. Agar mudah diserap dengan baik, sebaiknya dikonsumsi bersamaan dengan sumber makanan yang mengandung vitamin C karena ia mampu membantu penyerapan zat besi.

Cara Mencegah Kelahiran Prematur

bayi dikatakan prematur bila masa gestasinya kurang dari kurun waktu 36 minggu 7 hari (full week). Penyebabnya macam-macam. Mulai dari gizi buruk, adanya riwayat persalinan prematur sebelumnya, jarak persalinan prematur yang terlalu rapat, pekerjaan yang terlalu berat, depresi berkepanjangan selagi hamil, kebiasaan minum minuman yang mengandung alkohol dan kebiasaan merokok, kehamilan kembar atau gemeli, sampai mioma uteri (tumor jinak pada otot rahim).

Kelahiran prematur bisa juga disebabkan oleh infeksi vagina, infeksi cairan ketuban dan selaput ketuban atau korioamnionitis akibat  ketuban pecah secara dini. Demikian pula penyakit-penyakit sistemik yang mengganggu sistem organ tubuh yang bersangkutan, misalnya hipertensi dan gangguan jantung, maupun kelainan organ reproduksi semisal inkompetensia servik, yaitu mulut rahim yang lemah hingga cenderung mudah terbuka.

Mengingat kematangan paru-paru belum sempurna, bayi-bayi prematur memang sangat berpeluang mengalami banyak gangguan. Diantaranya sangat peka terhadap berbagai infeksi, trauma pada otak, gangguan pernapasan, dan hipotermi.

Semakin pendek masa gestasi yang dilaluinya, maka makin sulit dan makin banyak ancaman yang dihadapi, makin tinggi pula angka kematiannya. Ini perlu diantisipasi mengingat 50 persen kelahiran bayi prematur merupakan penyebab utama dari seluruh kematian neonatal atau bayi batu lahir. Terutama karena tidak adanya hyaline membrane yang umumnya berjuang pada RDS (Respiratory Distress Syndrome) yang ditandai dengan kesukaran bernafas secara mendadak.

Di luar itu bisa saja bayi terpaksa dilahirkan meski masih terbilang prematur bila dari hasil pantauan ditemukan arus darah ibu ke janin sudah tidak memungkinkan lagi bekerja optimal akibat ibu yang bermasalah, semisal hipertensi, eklampsia, atau mendadak muncul asma. Namun keputusan semacam ini biasanya dilakukan dengan tetap mempertimbangkan kesanggupan janin untuk bisa hidup diluar rahim.

Syarat ketat pun di berlakukan seperti misalnya rumah sakit yang menerima bayi-bayi prematur semacam itu harus rumah sakit khusus yang lengkap dengan ahli-ahli perinatologi dan neonatologi (ahli anak yang mengkhususkan diri pada spesialisasi perawatan bayi baru lahir sampai usia 40 hari, selain fasilitas NICU (Neonatal Intensive care Unit).

Hal ini berkaitan dengan bayi prematur umumnya belum sempurna refleks mengisap nya, selain kapasitas lambungnya kecil dan daya kerja organ maupun enzim-enzim pencernaan masih lemah. kalau masalah yang terkait dengan kematangan paru-paru dan pencernaan-nya sudah bisa diatasi biasanya di waktu-waktu selanjutnya bayi prematur tidak lagi mengalami gangguan berarti.

Meski belum ada penelitian khusus, tetapi dari pengalaman selama ini, tidak bisa dipastikan mereka yang lahir prematur pasti lebih tertinggal proses tumbuh kembang serta aspek kemampuannya, dibandingkan yang tidak prematur.

Hanya saja, proses kehamilan dan persalinan bayi prematur dikategorikan berisiko tinggi, hingga dokter yang menangani biasanya harus meminimalkan manipulasi di daerah kepala bayi. Artinya harus diusahakan sedemikian rupa agar bayi prematur jangan sampai terlalu lama menunggu di jalan lahir semisal dalam persalinan macet. Sebab, kepala bayi sudah berisiko terhadap proses persalinan itu sendiri mengingat proses penanggulangannya belum sempurna. 

Salah satu upaya yang dilakukan adalah melindungi daerah kepala dengan forseps menjelang persalinan agar tidak terpengaruh oleh kompresi atau tekanan pada bagian kepala (persalinan dengan perlindungan forceps). 

Selain itu harus diupayakan pula untuk menahan kepala bayi agar tidak terlalu cepat meluncur keluar karena berarti kemungkinan adanya tekanan yang mendorong kepala bayi, menjadi besar dan ini bisa membahayakan saraf-saraf di kepalanya.

Penutup

Disinilah pentingnya penanganan yang cermat dan intensif dengan tim penolong persalinan yang kuat sehingga demi keamanan bayi, biasanya diputuskan lahir secara sesar.

Baca Juga Apa Itu Gawat Janin Dan Kehamilan Lewat Waktu

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel