Kirab Tebu Manten Dari Karanganyar, Solo

klinikabar.com, Kirab Tebu Manten Dari Karanganyar, Solo - Jawa Tengah adalah kirab jadi temantennya tebu yang menandai dimulainya musim giling di Pabrik Gula (PG) tasikmadu, Karanganyar, Solo, Jawa Tengah. Musim giling di Pabrik Gula (PG) ditandai dengan pergelaran ritual Cembengan sebagai simbol memohon keselamatan, Tradisi yang telah turun-temurun ini telah berlangsung lebih dari satu abad ini masih dijaga dan dilestarikan di pabrik gula hingga sekarang ini.

Filosofi Tebu Manten


Gambar Kirab Tebu Manten Dari Karangayar, Solo


Filosofi tebu manten ini adalah selayaknya seperti menantu. Kita ibaratkan, saat ini adalah perpaduan tebu dari pabrik gula dan tebu dari petani, yang harapannya adalah mendapat hasil gilingan yang melimpah ruah. Sebelum kirab tebu manten di mulai, riuh-ramai terasa di kompleks pabrik gula Tasikmadu, Ada beragam wahana mainan tradisional, terdapat banyak stand penjual makanan dan sebagainnya

Keramaian ini sering disebut juga sebagai pasar rakyat yang menandai dimulainya tradisi cambengan, yaitu kirab temanten tebu untuk menyambut musim giling tebu. Warga disekitar pabrik gula sangat antusias dengan berkumpul di areal belakang pabrik gula tempat dimulainya cambengan. Dengan semangat, warga bergerak  ketempat dimulainya arak-arakan cambengan dengan diiringi Salawat hingga arak-arakan tiba di pintu belakang gerbang Pabrik Gula (PG) Tasikmadu.

Arak-arakan cambengan diramaikan oleh jajanan pasar dan hasil bumi, terdapat pula nasi tumpeng,nasi merah, dan 7 kepala kerbau. Beragam sesaji ini diletakkan di dalam tandu kecil yang dihiasi oleh kertas warna-warni. Kirab tebu manten ini dimulai dari balai Desa Suruh, Tasikmadu hingga pabrik gula, diperkirakan jarak yang ditempuh untuk mengusung arak-arakan tersebut sejauh satu kilometer.

Seluruh warga yang antusias hadir ikut serta bergabung dengan karyawan pabrik gula tampak berjubel disamping kanan dan kiri arakan. Mereka menanti dengan semangat. Namun, ada satu hal yang menarik perhatian pengunjung kirab tebu manten tersebut, yaitu 7 kepala kerbau. tujuh kepala kerbau ini tidak terlepas dari simbol cambengan sendiri yang erat kaitannya dengan kepala kerbau.

Kepala kerbau dalam kirab tebu manten ini diyakini sebagai penolak bala yang bertujuan agar proses giling tebu terhindarkan dari kejadian yang tidak diinginkan. Lalu mengapa jumlah kepala kerbau tersebut harus tujuh? Angka tujuh menyimbolkan tujuh stasiun di pabrik gula tersebut, mulai daro stasiun gilingan, pabrik tengah, pabrik belakang, stasiun ketel, pemurnian dan seterusnya.

Kirab manten ini diselenggarakan bertepatan dengan hari peringatan kelahiran Sri Mangkunegoro IV pada hai Jumat Pon. Setelah sesaji yang diarak tiba di pabrik dan diletakkan di bawah mesin produksi. Ritual cambengan berlanjut ke hari kedua pada Jumat pagi. Biasanya hari kedua ini menjadi bagian dari prosesi puncak cambengan yaitu kirab tebu manten.

Jumat pagi, kirab tebu manten mulai di gelar, sepasang tebu manten didandani layaknya pengantin yang dikirab bersama para pengiringnya. Tebu untuk prosesi kirab jemanten tebu ini diambil dari lain ladang, satu dari ladang pabrik, dan satu lagi dari ladang milik petani.

Temanten tebu berupa dua congkok tebu pilihan lengkap dengan miniatur patung temanten. Dua bongkok tebu ini dibawa oleh laki-laki dan perempuan layaknya sepasang pengantin. Untuk cambengan, kali ini yang dinikahkan adalah batang tebu asal kebun milik petani di kebun Karangmojo bernama Bagus Udani dengan batang tebu milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN)IX di Kalijarak bernama Roro Manis Warastika.

Kedua mempelai tebu manten itu diarak menuju pelaminannya berikut rombongan pengiring. Begitu kirab tebu manten sampai di depan pintu masuk belakang pabrik gula, kesenian Reog menyambutnya. Lalu tebu manten diletakkan diatas mesin giling, disusul dengan belasan pasang tebu pengiringnya.

Sejarah Pabrik Gula Tasikmadu

Melongok sejenak pada sejarah pabrik gula Tasikmadu di Karanganyar, Solo, Jawa Tengah, yang didirikan oleh kaum pribumi. Pada zaman penjajahan, pabrik gula biasanya domain kolonial Belanda. Pabrik Gula Tasikmadu ini didirikan oleh penguasa Puro Mangkunegara, KGPPA Mangkunegara IV pada tahun 1871.

Penutup

Upacara Tebu manten atau jemanten tebu yang bertujuan mengharap hasil gilingan tebu melimpah ruah di pabrik gula yang berada di Solo ini, dan upacara ini selalu diadakan pada hari kamis yang keesokan harinya bertepatan dengan hari Jumat Pon yang bertepatan dengan hari kelahiran Sri Mangkunegoro, yang mana beliau adalah salah satu pribumi yang mendirikan pabrik gula Di Solo.

Baca Juga Koleksi Museum Keris Nusantara Di Solo

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel