Pemeriksaan Penunjang Fraktur Femur Dan Komplikasinya

Pemeriksaan Penunjang Fraktur Femur Dan Komplikasinya - Fraktur femur membutuhkan pemeriksaan yang intensif dan pemeriksaan yang benar. Yang termasuk pemeriksaan  penunjang bagi penderita fraktur femur meliputi foto rontgen, skor tulang tomography, artelogram, hitung darah lengkap, dan profil koagulasi.

Bagaimana Cara Menangani Fraktur Femur


Gambar Pemeriksaan Penunjang Fraktur Femur Dan Komplikasinya


Selain dilakukan pemeriksaan penunjang ada pasien fraktur femur, maka penderita fraktur femur juga harus mengetahui bagaimana komplikasi fraktur femur. Dengan begitu pederita faktur femur dapat segera ditangani dan diberikan pengobatan agar keadaan tulang menjadi baik seperti semula.

Pemeriksaan Penunjang Fraktur Femur

1. Foto Rontgen
Tujuan dari dilakukannya foto rontgen adalah untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung, untuk mengetahui tempat dan type fraktur, dan biasanya foto rontgen dilakukan atau diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara periodik.
2. Skor Tulang Tomography
Skor tulang tomography, skor CI, MrI : dapat digunakan mengidentifikasi kerusakan jarngan lunak.
3. Artelogram
Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler.
4. Hitung Darah Lengkap
Hitug darah lengkap, HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple). Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma.
5. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau cedera hati.

Komplikasi Fraktur Femur

Adapun komplikasi dari fraktur yaitu komplikasi yag terjadi segera setelah fraktur antara lain syok neurogenik, kerusakan organ, kerusakan syaraf, injuri atau perlukaan kulit.
1. Early Complication
Early complication dapat terjadi seperti : osteomelitis, emboli, nekrosis, dan syndrome compartemen.
2. Late Complication
Late complication dapat terjadi antara lain stiffnes (kaku sendi), degenerasi sendi, penyembuhan tulang terganggu (malunion).

Diagnosa Keperawatan Fraktur Femur

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Beberapa diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan jaringan, reflek spasme otot terhadap fraktur atau luka operasi.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, kerusakan intergitas tulang.
3. Resiko terjadinya syok hivopelemik berhubungan dengan perdarahan yang banyak.
5. Kerusakan intergrasi kulit adalah keadaan kulit seseorang yang mengalami perubahan secara tidak di inginkan.

Intervensi Dan Implentasi Fraktur Femur

Intervensi adalah penyususnan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan.
1. Diagnosa Keperawatan Fraktur Femur : Nyeri berhubungan dengan jaringan, reflek, spasme otot terhadap fraktur atau luka operasi. Tujuan dari diagnosa fraktur femur adalah untuk nyeri menurun/ terkontrol. Intervensi dari diagnosa fraktur femur adalah :

  • Kaji neyri, catat lokasi karakteristik dan beratnya 1-10 kg.
  • Pertahankan istirahat sesuai dengan kondisi
  • Dorong ambulasi dini
  • Berikan kompres pada daerah nyeri
  • Berikan dualgesik sesuai indikasi
2. Diagnosa Keperawatan Fraktur Femur : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, kerusakan integritas tulang. Tujuan dari diagnosa ke dua adalah agar penderita mampu meminta bantuan untuk mobilisasi sesuai kebutuhan dan mampu memaksimalkan fungsi ekstermitas yang sehat. Adapun intervensi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
  • Ajarkan penderita untuk melakukan latihan gerak aktif pada anggota gerak yang sehat (4x5) sehari.
  • Posisiskan tubuh untuk mencegah komplikasi, ubah posisis setaip 2 jam sekali.
  • Ajarkan penggunaan alat bantu yang sesuai.
  • Ajarkan individu melakukan tindakan kewaspadaan keamanan
  • Lakukan kolaborasi untuk pisioterapi.

3. Diagnosa Keperawatan Fraktur Femur : Resiko perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan atau interupsi aliran darah. Tujuan dilakukan diagnosa ke tiga adalah untuk mempertahankan ferpusi jaringan dibuktikan oleh teraba nadi, kulit hangat atau kering, sendori normal, tanda-tanda vital stabil, saluran urin adekuat. Adapun intervensi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
  • Kajian aliran haplur, warna kulit dan kehangatan distal pada praktur.
  • Kaji neuromaskular, perhatikan perubahan : perhatikan perubahan fungsi motor atau sensori, minta pasien untuk melokalisasi nyeri, ketidaknyamanan.
  • Kaji keseluruhan panjang ektremitas yang cedera untuk pembengkakan atau pembentukan edema, perhatikan adanya hematoma bandingkan ektremitas yang cedera dan yang sehat.
  • Sedikit tanda ekstremitas tiba (penurunan suhu kulit, peningkatan rasa nyeri)
  • Ambulasi sesegera mungkin.
  • Awasi tanda vital
  • Awasi HB/HT pemeriksaan koagulasi (kadar protombin).
  • Siapkan intervensi bedah sesuai indikasi.

4. Diagnosa Keperawatan Fraktur Femur : Resiko terjadinya syok hivopelemik berhubungan dengan perdarahan yang banyak. Tujuan diagnosa keperawatan ini adalah agar syok hivopelemik ini dapat teratasi. Adapun intervensi yang dilakukan adalah :
a. Observasi TTV
b. Mengkaji sumber, lokasi dan banyaknya perdarahan
c. Memberikan posisi supinasi
d. Memberikan banyak cairan (minum) dengan kolaborasi :
  • Pemberian cairan per infus
  • Pemberian otot koagulan siq (vitamin K Adona) dan penghentian perdarahan dengan fiksasi.
  • Pemeriksaan laboratorium Hb, Ht.
5. Diagnosa Keperawatan Fraktur Femur : kerusakan integrasi kulit adalah kedaan kulit seseorang yang mengalami perubahan secara tidak diinginkan. Tujuan dari diagnosa ini adalah mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai. Adapun intervensi yang dilakukan adalah :
  • Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.
  • Kaji lokasi warna, bau serta jumlah dan tipe cairan luka.
  • Pantau peningkatan suhu tubuh.
  • Berikan perawatan luka dengan teknik aseptik, balut luka dengan kasa, kering dan steril dan gunakan plester kertas.
  • Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan larutan misal debridement.
  • Setelah debridement, ganti balutan dengan sesuai kebutuhan.
  • Kolaborasi pemberian anti biotik sesuai dengan indikasi.


Penutup

Pada prinsipnya pemeriksaan penunjang fraktur fremur meliputi, imobilisasi dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi. Oleh karena itu penderita fraktur femur harus melakukan pemeriksaan rutin agar dignosa akan perkembangan fraktur dapat dilihat dan ditangani atau diobati dengan cepat dan tepat.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel