Penanggalan Situs Benteng Sabut Di Desa Gunungkatun, Kecamatan Tulangbawang Udik

klinikabar.com, Penanggalan Data Artefaktual Situs Benteng Sabut Di Desa Gunungkatun, Kecamatan Tulangbawang Udik - Situs Benteng Sabut merupakan situs pemukiman yang terletak di sebelah barat laut Desa Gunungkatun, Kecamatan Tulang Bawang Udik, Kabupaten Tulang Bawang. Secara geografis berada pada kelokan sungai (Way) kiri. situs ini berhubungan dengan keberadaan kerajaan Tulangbawang.

Situs Benteng Sabut Di Desa Gunungkatun


Gambar Penanggalan Situs Benteng Sabut Di Desa Gunungkatun, Kecamatan Tulangbawang Udik



Sejak lama daerah Tulangbawang telah dikenal dalam peraturan politik di Nusantara. sumber sejarah tertua yang menyebut tentang Tulangbawang berasal dari Kitab Sejarah Dinasti Liang. Dalam kitab tersebut diperoleh keterangan bahwa antara tahun 430 - 475 beberapa kali utusan dari To-lang P'o-hwang datang di Cina. kata To-lang P'o-hwang menurut G.Ferrand dapat disamarkan dengan Tulangbawang.

Sementara itu Poerbatjaraka juga berpendapat bahwa To-lang P'o-hwang, yang disebut dalam sejarah dinasti Liang, merupakan sebuah kerajaan di daerah aliran Sungai Tulangbawang, Lampung. nama kerajaan ini hanya satu kali disebutkan dalam berita Cina, sehingga diduga bahwa kerajaan ini telah ditundukkan oleh kerajaan lain.

Pada abad XIV nama Tulangbawang muncul kembali yaitu dalam catatan harian Tome Pires, pengembara dari Portugis. Dalam perjalanan mencari rempah-rempah di kepulauan Nusantara antara tahun 1512-1515, Tome Pires menyebut tentang Tulangbawang. menurutnya, Tulangbawang merupakan salah satu kawasan yang berhubungan dengan Kerajaan Sunda melalui pelabuhan Cigede.

Selain sumber berita asing, nama Tulangbawang juga disebut dalam naskah lokal. naskah lokal yang menyebut Tulangbawang diantaranya adalah naskah Sanghyang Siksakanda Ng Karesian yang berasal dari sekitar abad XVI. naskah tersebut dalam uraian tentang juru bahasa menyebutkan tentang bahasa-bahasa yang dikuasai oleh para juru bahasa, antara lain bahasa Cina, Keling, Parsi, Mesir, Bali, Surabaya, Jawa, Baluk, Lampung dan Tulangbawang.

Kota Tulangbawang Bagian Dari Sejarah Banten

Hal tersebut menunjukkan bahwa daerah Tulangbawang cukup diperhitungkan pada waktu itu, naskah lokal lain yang menyebut Tulangbawang adalah Sajarah Banten. Dalam naskah tersebut pada pupuh XXV diceritakan bahwa Lampung, Tulang Bawang, Seputih dan Samangka ikut membantu ketika Sultan Banten mengadakan penyerangan ke Palembang. Pada bagian lain Sejarah Banten diceritakan bahwa Raja atau Ratu Balau yang merupakan salah satu kepala di Lampung dengan sukarela masuk Islam. suatu ketika ikut serta membantu Banten dalam menyerang Pakuan.

Mengenai hubungan Banten dengan Lampung diceritakan oleh tradisi orang-orang Abung. Ketika terjadi perebutan kekuasaan antara Menak Paduka dn Menak Kemala Bumi, keduanya datang ke Banten untuk meminta bantuan Sultan Hasanuddin dengan mempersembahkan pengakuan kekuasaan tertinggi atas Tulangbawang. permintaan tersebut tidak dikabulkan oleh Sultan Hasanuddin, karena pada waktu itu di Lampung selain Tulangbawang masih terdapat kerajaan lainnya yaitu kerajaan Balau.

Pada masa kemudian daerah Balau dapat disatukan dengan putri raja Balau oleh Sultan Hasanuddin, Menak Paduka kemudian diberi gelar Patih Jarumbang dan Menak Kemala Bumi diberi gelar Patih Prajurit. Kedua tokoh ini kemudian masuk Islam dan selanjutnya melaksanakan penyiaran agama Islam di daerah Lampung.

Penelitian di situs Benteng Sabut dilaksanakan pada tahun 200, 2002, dan 2003. penelitian pada tahun 2000 dalam bentuk survei memperoleh gambaran bahwa situs Benteng Sabut merupakan suatu kawasan yang dikelilingi oleh Benteng dan Parit. Temuan berupa kerak besi, fragmen mata uang kepeng, manik-manik, fragmen tembikar, dan fragmen keramik.

Pada tahun 2002 dilakukan pemetaan situs. dari sini diketahui bahwa situs Benteng Sabut berbentuk segilima. pada penelitian ini juga diperoleh data berupa cerita sejarah dan silsilah. Selanjutnya pada tahun 2003 dilakukan ekskavasi dengan temuan berupa fragmen alat yang terbuat dari batu, fragmen benda dan besi, fragmen benda dari perunggu, manik-manik, fragmen tembikar, fragmen keramik, tatal batu, kerak besi, kulit kemiri, getah damar, dan tulang dan gigi.

Tulisan ini membahas mengenai penanggalan situs Benteng Sabut berdasarkan temuan keramik asing dan data etnosejarah. Data etnosejarah yang digunakan dalam tulisan ini berupa cerita sejarah dan silsilah yang diuraikan berdasarkan berbagai sumber. Berdasarkan sumber artefak dan sumber etnosejarah tersebut apakah terlihat suatu korelasi dalam hal penanggalan situs. Penanggalan situs dalam kajian ini bersifat relatif, artinya hanya sampai pada kisaran waktu yang mendekati masa pemakaian situs.

Deskripsi Situs Benteng Sabut

Situs Benteng Sabut berada pada posisi 4⁰30'15" LS dan 104⁰00'45" BT. situs ini dikelilingi oleh beberapa sungai. sungai tersebut adalah Way Kiri yang mengalir di sebelah tenggara hingga timur situs. Disebelah barat situs terdapat aliran Way Pikuk. Sungai ini berhulu pada bukit kecil di sebelah utara situs, kemudian ke arah tenggara hingga timur dan bermuara di Way Kiri di sebelah selatan Benteng Sabut.

Disebelah selatan Muara Way Pikuk terdapat muara Way Papan. sungai ini mengalir dari arah barat daya. Di sekitar Benteng Sabut terdapat beberapa rawa (bawang) antara lain Bawang Kelapo terdapat di sebelah barat dan Bawang Petahi di sebelah timur laut benteng. lokasi Benteng Sabut oleh masyarakat setempat juga dikenal dengan sebutan Bujung Menggalou.

Data arkeologis yang terdapat di Situs Benteng Sabut berupa fitus parit (cekungan), benteng dan tanggul (gundukan tanah), makam kuno, serta sebaran artefak. Lahan situs berbentuk segi lima dengan luas sekitar 1,4 hektar. lahan situs dikelilingi oleh parit yang pada sisi dalamnya terdapat benteng.

Pada pertengahan parit sisi utara terdapat bagian yang tidak digali dengan lebar sekitar 4 m. pada sisi utara terdapat cekungan memanjang dengan arah timur barat, bermula dari Way Kiri dan berakhir hingga Way Pikuk. Disebelah selatan cekungan tersebut, berjarak sekitar 50 m terdapat benteng parit lagi, benteng parit ini berdenah segi empat.

Pada bagian luar sudut tenggara benteng di tepi Way Kiri terdapat fitur makam kuno. menurut keterangan masyarakat, tokoh yang dimakamkan adalah Minak Sendang Belawan. Keadaan makan sedikit lebih tinggi dari lahan sekitar tetapi tidak menggunduk dan tidak dilengkapi nisan. dan orientasi makan relatif arah utara.

Temuan keramik di Situs Benteng Sabut berasal dari hasil survei dan ekskavasi. keramik yang merupakan hasil survei seluruhnya berjumlah 63 keping. secara kronologis, fragmen keramik ini berasal dari Cina masa dinasti Song (X - XIII M), Ming (XIV - XVII M), dan Qing (XVII - XX M). selain itu juga terdapat keramik yang berasal dari Thailand (XIII - XVIII M), Vietnam (XVI M), Myanmar (XIV - XVI M), dan Eropa (XIX - XX M).

Temuan keramik yang merupakan hasil ekskavasi berjumlah 189 keping. secara kronologis fragmen keramik tersebut berasal dari Cina masa dinasti T'ang (abad VII - X), Song (abad X - XIII), Yuan (abad XIII - XIV) Ming (abad XIV - XVII, Qing (abad XVII - XX), Thailand periode Shukothai (abad XIII - XIV), Annam (abad XV), dan Eropa (abad XIX - XX). Selain itu juga terdapat beberapa keping fragmen keramik yang diduga berasal dari masa dinasti Han (awal Masehi hingga abad III) dan Sui (abad VI - VII).

Baca Juga Etnosejarah Situs Benteng Sabut Di Tulangbawang Lampung

Source : Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel