Obat Anti Epilepsi Dan Mekanisme Kerja Obat Anti Epilepsi

Klinikabar.com, Obat Anti Epilepsi Dan Mekanisme Kerja Obat Anti Epilepsi - Anti Konvulsi digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati epilepsi. Golongan obat ini lebih lebih tepat dinamakan Anti Epilepsi, sebab obat ini jarang digunakan untuk gejala konvulsi penyakit lain.



Apa Itu Epilepsi?


Gambar Obat Anti Epilepsi Dan Mekanisme Kerja Obat Anti Epilepsi


Epilepsi adalah nama umum untuk sekelompok gangguan atau penyakit susunan saraf pusat (SSP) yang timbul secara spontan dengan episode singkay (disebut bangkitan atau seizure), dengan gejala utama kesadaran menurun sampai hilang. Seizure atau bangkitan biasanya disertai dengan kejang (konvulsi), hiperaktivitas otonomik, gangguan sensorik atau psikis dan selalu disertai dengan gambaran letupan EEG obsormal dan eksesif. Berdasarkan gambaran EEG, epilepsi dapat dinamakan disritmia serebral yang bersifat paroksimal.

Obat-Obat Epilepsi

Anti epilepsi adalah obat yang dapat mencegah timbulnya pelepasan muatan listrik yang abnormal di pangkal (fokus) dalam SSP, sebagaimana halnya dengan phenobarbital dan klonazepam. ataupun obat yang menghindarkan tersebarnya aktivitas berlebihan tersebut kepada neuron-neuron otak lain, seperti klonazepam, fenitoin, dan trimetadon.

Mekanisme Kerja Anti Epilepsi

Terdapat dua mekanisme antikonvulsi yang penting, yaitu :
  1. Dengan mencegah timbulnya letupan depolarisasi eksesif pada neuron epileptik dalam fokus epilepsi.
  2. Dengan mencegah terjadinya letupan depolarisasi pada neuron normal akibat pengaruh dari fokus epilepsi.

Bagian terbesar anti epilepsi yang dikenal termasuk dalam golongan kedua diatas.

Golongan Obat Anti Epilepsi

Kebanyakan obat anti epilepsi bersifat anti konvulsif, yaitu dapat meredakan konvulsi, dan sedatif (meredakan). obat-obat ini dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai berikut ini :

1. Obat Anti Epilepsi Kelompok Barbital-barbital
Misalnya Fenobarbital, Mefobarbital, dan Heptobarbital. obat tidur ini bersifat menginduksi enzim, hingga biotransformasi enzimatis dipercepat, juga penguraian zat-zat lain, antara lain penguraian vitamin D sehingga menyebabkan rachitis, khususnya pada anak kecil.

2. Hidantoin-hidantoin
Misalnya Fenitoin, strukturnya mirip fenobarbital tetai dengan cincin "lima hidantoin".

3. Suksinimida-suksinimida
Misalnya Metilfenilsuksinimida dan Etosuksinimida, obat ini terutama digunakan pada serangan psikomotor.

4. Oksazolidin-oksazolidin
Misalnya Etadion dan Trimetadion, obat ini jarang digunakan meningat efek samingnya berbahaya terhadap hati dan limpa.

5. Serba-serbi
Misalnya Diazepam dan turunannya, Karbamazepin, Asetazolamid, dan Asam Valproat.

Zat-Zat Tersendiri Untuk Anti Epilepsi

1. Fenobarbital, Luminal
Zat hipnotik ini terutama digunakan pada serangan epilepsi Grand mal atau besar, biasanya dalam kombinasi dengan kafein atau efedrin berguna melawan efek hipnotisnya. Dosis : oral 3 x sehari @ 25-75 mg. maksimal 400 mg (dalam 2 dosis).

2. Primidon, Mysolin
Strukturnya mirip dengan fenobarbital dan di dalam hati akan dibiotrasformasi menjadi fenobarbital, obat ini efek sedatifnya kurang dan sangat efektif terhadap serangan grand mal dan psikomotor. Dosis : dimulai 4x sehari @ 500 mg,mulai hari ke 4 @250 mg dan mulai hari ke 11 @25 mg.

3. Fenitoin, Ditalin, Dilantin
Zat hipnotik ini terutama efektif pada serangan grand mal dan seragan psikomotor, tidak untuk serangan-serangan kecil karena dapat memprofokasi serangan. Dosis : oral 1-2 x sehari @ 100-300 mg.

4. Etosuksinimida, Zarontin
sangat efektif terhadap serangan ringan, kerjanya panjang karena praktis tidak terikat dengan protein, ekskresinya melalui ginjal. Dosis : 2x sehari @250-500 mg.

5. Diazepam : Valium
Selain bersifat sebagai anksiolitika, relaksan otot, hipnotik, juga berkhasiat antikonvulsi, maka itu digunakan sebagai obat status epileptikus dalam bentuk injeksi. Dosis : oral 2-3 x sehari @ 2-5 mg.

6. Karbamazepin : Tegretol
Senyawa trisiklik ini mirip imipramin, digunakan pada epilepsi grand mal dan psikomotor dengan efektifitasnya sama dengan fenitoin, efek sampingnya lebih ringan. Dosis : diminum dengan dosis rendah dan dinaikan secara bertahap sampai 2-3 x sehari @ 200-400 mg.

7. Asetazolamid, Diamox
senyawa sulfonamid ini bersifat merintangi enzim Cabonic Acid Dehidrase dan sering digunakan sebagai diuretik. khasiat anti konvulsinya diperkirakan berdasarkan meningkatnya ekskresi ion natrium dan bikarbonat serta darah bisa menjadi asam. digunakan pada serangan kerena kerja fisik (berat). Dosis : 2-4 x sehari @250 mg.

8. Asam Valproat, Depakene
Derivat asam asetat ini daya anti konvulsinya ditemukan secara kebetulan (Meunier - 1963), sebagai obat pilihan pertama pada serangan ringan, dalam kombinasi dengan obat lain, dapat digunakan untuk serangan grand mal. Dosis : dimulai 3-4 x sehari @100-150 mg, berangsur dinaikan sampai 2-3 x sehari @300-500 mg.

Penutup

Penggunaan Obat Anti Epilepsi, Anti epilepsi umumnya memiliki lebar terapi yang sempit, seperti fenitoin, harus digunakan dengan teratur dan kontinu, agar kadar obat dalam darah terpelihara secara lebih konsisten. Pada umumnya pengobatan dilakukan dengan dosis rendah terlebih dahulu, kemudian dinaikan secara berangsur atau perlahan sampai efek maksimal tercapai dan kadar plasma menjadi tetap. Jangka waktu terapi umumnya bertahun-tahun bahkan bisa seumur hidup. bila dalam 2-3 tahun tidak terjadi serangan, maka dosis dapat diturunkan secara bertahap sehingga pengobatan dapat dihentikan sama sekali. Itulah artikel tentang Obat Anti Epilepsi Dan Mekanisme Kerja Obat Anti Epilepsi.

Baca Juga Gejala Dan Penyebab Epilepsi Serta Cara Mengobatinya

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel