Wanita Bekerja Setelah Menikah Menurut Islam

klinikabar.com, Wanita Bekerja Setelah Menikah Menurut Islam - Memang tidak mudah menjalankan fungsi ganda. Salah pilih pekerjaan akan membuat keharmonisan keluarga menjadi taruhannya. Beragam alasan wanita memilih bekerja setelah menikah atau setelah berkeluarga, mulai daro tuntutan ekonomi untuk membantu suami menghidupi keluarga, jaminan hari tua, hingga alasan aktualisasi diri.

Islam memang tidak mewajibkan wanita untuk mencari nafkah, tetapi juga Islam tidak melarang wanita untuk berkiprah di dunia kerja. "Wanita boleh saja bekerja sesuai kemampuan yang dimiliki, tetapi juga harus menaati batasan dan ketentuan yang ditetapkan". Batasan yang dimaksud adalah tidak ikhtilath (tidak berbaur laki-laki dengan perempuan), tidak khalwat (berdua-duaan dengan lelaki), dan tidak membuka aurat agar terhindar dari fitnah.

Aturan Wanita Bekerja Setelah Menikah Dalam Islam


Gambar Wanita Bekerja Setelah Menikah Menurut Islam


Islam menjunjung tinggi derajat dan martabat wanita. Untuk itulah Islam memberikan batasan-batasan tersebut, agar wanita tidak terjerembab dalam kenistaan. Oleh karena itu, sangat penting bagi wanita untuk memilih pekerjaan yang tidak bertentangan denan kodratnya sebagai wanita, tidak merusak martabat dan kehormatan diri baik sebagai wanita maupun sebagai seorang istri, juga pekerjaan yang tidak di luar batas kemampuannya.

5 Ketentuan Islam Tentang Wanita Bekerja Setelah Menikah

1. Mintalah izin pada suami, diskusikan niat anda untuk bekerja, ajukan alasannya. Karena sangat penting mendapatkan persetujuan suami, karena tindakan yang berdasar persetujuan satu pihak saja akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Tentunya anda tidak ingin keluarga anda menjadi berantakan bukan?

2. Pilihlah pekerjaan yang tidak diharamkan dan tidak mengarah pada perbuatan haram, seperti penari yang membangkitkan syahwat, bekerja di tempat-tempat yang menyediakan minuman beralkohol, narkoba ataupun pekerjaan-pekerjaan yang mengharuskan pekerjanya menggnakan pakaian yang tidak menutup aurat atau bersamaan dengan lawan jenis. Memakai pakaian yang  menutup aurat itu sangat penting ketika bekerja, karean untuk menjaga kehormatan dan martabat wanita.

3. Tidak memamerkan kecantikan dan perhiasan, "Janganlah memamerkan perhiasan seperti orang jahiliyyah yang pertama (Al Ahzaab: 33) dan "Janganlah mereka (mukminat) menampakkan perhiasannya, kecuali yang nampak, dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahi perhiasan yang mereka sembunyikan (An Nuur: 31).

4. Janganlah melunakkan, memerdukan, atau mendesahkan suara. "janganlah kamu tunduk dalam berbicara (melunakkan dan memerdukan suara atau sikap yang sejenia), sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik-baik (Al Ahzaab: 32).
Hendaknya menjaga pandangan. "Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : Hendaklah mereka menahan dan memelihara kemaluannya (An Nuur: 31).

5. Pekerjaan tidak membuat anda mengorbankan kewajiban-kewajiban anda sebagai seorang istri, seperti kewajiban terhadap suami dan anak-anak, diri anda dan tentunya kewajiban terhadap Tuhan. "Seorang wanita (istri) adalah pemimpin terhadap rumah tangga suaminya dan juga terhadap anak-anaknya (HR. Bukhari dan Muslim).

Kunci Sukses Wanita Berperan Ganda Dalam Keluarga

Memang tidak mudah menjalankan dua peran, tapi juga bukan hal yang mustahil untuk bisa sukses dalam di dua peran sekaligus. Kunciya tergantung pada bagaimana kita mengatur waktu, pekerjaan dan keluarga. Bila anda memiliki pekerjaan yang memungkinkan anda untuk lebih banyak waktu dirumah, mungkin anda tidak terlalu sulit untuk mengurus keluarga. Tapi bagaimana bila pekerjaan yang anda pilih mengharuskan anda untuk keluar rumah? Bagaimana caranya agar keluarga dan pekerjaan sama-sama tetap terurus? Bila wanita memutuskan untuk bekerja yang diperlukan adalah perencanaan. Biasanya ada tiga hal yang menjadi bahan pertimbangan dalam perencanaan tersebut.


3 Hal Yang Harus Dipertimbangakan Seorang Istri Ketika Ingin Bekerja Setelah Menikah

1. Yang paling pertama dalam hal yang harus dipertimbangkan adalah masalah pengasuhan anak. Rencanakan dengan matang siapa yang nanti akan mengasuh anak selama anda bekerja, apakah anda akan menggunakan babysitter untuk mengasuh sekaligus meminta bantuan orangtua atau saudara untuk mengawasi anak anda. Ini sangat penting dilakukan agar anak anda dapat terjaga dengan baik dan anda dapat bekerja dengan tenang.

Bila pengasuhan anak dipercayakan pada babysitter, sebaiknya rekrut mereka beberapa bulan sbelum anak anda lahir. Alasannya, selain tidak mudah mencari orang yang dapat dipercaya, juga agar kita dapat mensosialisasikan tugas dan keterampilan mengasuh anak sesuai dengan keinginan kita. Setiap pengasuh yang berpengalaman biasanya punya cara sendiri dalam mengasuh anak, sementara terkadang kita juga punya cara sendiri. Karena itu gunakan waktu yang ada untuk mensosialisasikan tugas kepada babysitter.

Buat jadwa; kegiatan anak dengan teratur. Bila perlu ketik rapi dengan ukuran besar dan tempelkan pada dinding kamar anak anda. Jadwal bisa berisi jam mandi anak, jam main anak, jam tidur anak, jam minum susu anak, menu makan anak dalam satu minggu, dan seterusnya, ditulis secara detail dan ini akan mempermudah anda dalam mengontrol. Hal yang sama berlaku pula bila kita mempercayakan pengasuhan anak pada orangtua atau saudara. Memang agak sedikit sulit jika aturan ini kita belakukan pada orangtua, karena biasanya mereka lebih berpengalaman dan mempunyai pola asuh tersediri yang terkadang bentrok dengan kita. Beri mereka pengertian, dengan cara seperti apa kita ingin mengasuh anak kita. Lakukan dengan sikap lemah lembut sehingga orangtua atau saudara tidak merasa tersinggung.

3 Tips Memilih Babysitter Yang Benar Untuk Anak Kita


  1. Pilih orang yang benar-benar tulus menyayangi anak, bukan karena pekerjaan yang mengharuskan babysitter tersebut melakukan hal itu.
  2. Memiliki pengalaman mengasuh anak
  3. Jujur dan teliti. Mengingat mendapatkan orang dengan kriteria seperti ini sangat sulit.


2. Hal kedua yang harus dipertimbangkan ketika seorang istri ingin bekerja setelah menikah adalah jam kerja yang ditetapkan perusahaan. Ini penting untuk anda pertimbangkan agar anda dapat mengatur waktu yang dapat anda luangkan bersama keluarga. Jam berapa anda berangkat kerja dan jam berapa anda pulang dari bekerja, apakah saat pulang dari bekerja anak anda sudah tidur atau belum. Ini penting agar anda tidak kehilangan waktu dan kesempatan berinteraksi dengan keluarga anda. Dalam hal ini kita memang dituntut untuk bisa memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Aturlah waktu khusus anda bersama keluarga, misalnya Sabtu-Minggu. Sesibuk apapun anda, luangkan waktu untuk bermain bersama anak, meski hanya sebentar. Tidak hanya untuk anak, untuk keluarga dan juga untuk suami, caranya beragam, bisa dengan saling mengirim pesan dan janjian untuk makan siang.

Dalam hal ini kualitas dan kuantitas sama pentingnya. Hanya dalam keadaan kuantitas sulit dipenuhi, kita akan mengedepankan kualitas. Misalnya saat di kantor, meski tidak bertemu dengan anak, sempatkan untuk menelepon atau video call sehingga anak tetap merasa diperhatikan. Meski beban bekerja di kantor membuat anda stres, sedapat mungkin tidak membawanya ke dalam rumah.

3. Hal ketiga yang harus dipertimbangkan seorang istri ketika ingin bekerja setelah menikah adalah pembagian tugas dengan pasangan, bisa masalah pengasuhan anak ataup pun tugas-tugas rumah tangga. Memang bukan hal yang mudah, karena tidak semua pasangan bisa terbuka dan mau sama-sama berbagi tugas. Namun bila memang konsekuensinya istri harus bekerja, maka hendaknya suami punya toleransi besar juga. apalagi penghasilan yang didapat oleh istri juga untuk keluarga. Terlebih lagi masalah pengasuhan anak yang memang membutuhkan kontribusi dari suami dan istri.

Pola pembagian tugas sangat tergantung pada kesempatan bersama, yang penting suami dan dan istri harus ikhlas mau berbagi tugas pengasuhan anak. Bisa saja dengan menggunakan sistem shiff. Misalnya dari jam sekian hingga jam berikutnya merupakan tugas suami. Kapan suami bertugas mengajak bermain anak, dan seterusnya.

Tidak kalah sulitnya adalah mengajak suami untuk berpartisipasi dalam soal pekerjaan rumah sehari-hari. Iklim paternalistik yang sangat kuat pada masyarakat Indonesia membuat pria cenderung beropini bahwa pekerjaan domestik adalah pekerjaan wanita. Bila anda mampu menggaji pembantu rumah tangga mungkin hal ini tidak menjadi masalah, tapi jika tidak mampu? Dalam hal ini kontribusi suami yang masih menganut paternalistik, jangan patah semangat, diskusikan dan ajak suami berbicara baik-baik, beri ia pengertian bahwa partisipasinya sangat berharga untuk anda. Lakukan dengan hati-hati, jangan sampai terjadi keributan atau membuat suami anda tersinggung.


Kesimpulan

Setiap wanita memiliki hasrat untuk maju dan sukses setelah menikah, terdapat asumsi bahwa wanita setelah menikah cenderung tidak memiliki motivasi tinggi dalam mengejar karir. Bila sebelum menikah seorang wanita bersemangat menata karir hingga ke puncak prestasi, maka setelah menikah menjadi hilang semangat bahkan mungkin kendur. Memang ada asumsi seperti itu, bahkan ada perusahaan yang mengangap karyawan wanita yang telah menikah apalagi memiliki anak adalah karyawan yang kurang produktif, karena mereka mereka tidak dapat diandalkan untuk dapat kerja ke luar kota atau untuk bekerja lembur.

Namun tentu saja asumsi seperti itu tidak sepenunya benar, karena banyak pula contoh kngkrit wanita-wanita yang tetap produktif dan memiliki hasrat untuk suskes setelah menikah. Bukan hal yang salah juga memiliki keinginan seperti itu, asalkan tidak sampai mengorbankan keluarga. Kuncinya adalah pada manajemen waktu dan pendelegasian tugas semaksimal mungkin. Itulah artikel tentang wanita bekerja setelah menikah menurut Islam.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel