Penyebab Perceraian Setelah Menggelar Resepsi Mewah

klinikabar.com, Penyebab Perceraian Menggelar Setelah Resepsi Mewah - Pesta pernikahan itu berlangsung meriah, dihadiri oleh lebih dari 1.000 orang undangan. namun, beberapa bulan kemudian, pasangan yang merayakan pesta pernikahan itu menjalani proses perceraian. Dan itulah, belakangan, kisah seperti ini semakin mudah saja ditemukan. Tidak hanya pada kalangan selebritis, tapi juga masyarakat biasa. Lalu apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa banyak pasangan yang bercerai dengan alasan ketidakcocokan? Jangan-jangan, pasangan yang akhirnya bercerai itu sebenarnya sejak awal takut menjalani komitmen? Atau memang sudah terjadi pergeseran nilai-nilai dalam sebuah pernikahan?.

Penyebab Perceraian


Gambar Penyebab Perceraian Menggelar Setelah Resepsi Mewah


Sesungguhnya konsep pernikahan yang sedang dijalani oleh seseorang dan pasangannya tidak terpersepsikan secara instan. Diperlukan proses panjang, yang diberikan oleh lingkungan sekitar, baik secara verbal maupun nonverbal. Ada role model terlebih dahulu yang berkaitan dengan konsep sebuah pernikahan. Dan umumnya role model itu adalah orangtua.

Dampak Daripada Perceraian Terhadap Anak

Jika seorang anak sejak kecil terbiasa melihat ibunya berperan sebagai seorang istri ayahnya sekaligus seorang ibu dan melihat ayahnya sebagai suami ibunya sekaligus ayahnya, tanpa disadari memori sang anak telah merekam semua proses tersebut. Apa yang dilakukan oleh sang ibu biasanya akan terekam di memori anak perempuannya, begitu pula dengan anak laki-laki yang melihat sang ayah melakukan kewajiban sebagai kepala rumah tangga. Semua itu telah terbentuk menjadi sebuah pattern dan acuan yang terbentuk secara tidak langsung dalam memori anak.

Tapi ketika anak kecil dalam masa kritis tidak  banyak berinteraksi dengan orang tuanya, kemungkinan besar sang anak tidak akan mendapatkan pembelajaran mengenai hal yang berkaitan dengan konsep perkawinan dan akan menyerap proses pembelajaran dari lingkungan sekitar dan menyerap referensi dari orang lain.

Karena tidak memiliki referensi, otomatis anak juga tidak tahu apa yang akan diperbuat saat episode kehidupannya memasuki lembaga pernikahan. Jadi seorang yang masuk ke lembaga perkawinan akan menjalankan pernikahannya sesuai dengan konsep apa yang dilihatnya, sesuai dengan pola asuh dan pola didik yang ia terima.

Pola pemikiran yang terbentuk dari keluarga merupakan sebuah dasar dari pemikiran seseorang. Ketika menjalani kehidupan, kadang seseorang tersadar untuk mengikuti apa yang telah terpola terlebih dahulu. Tidak sedikit juga yang memilih untuk tidak mengikuti pola yang sudah ada, saat seseorang memasuki gerbang pernikahan, banyak nilai yang harusnya diajarkan oleh orang tua kepada anaknya sebelum menikah. Karena ketika tidak punya referensi, orang kemungkinan besar akan kehilangan arah.

Satu dari beberapa faktor yang mempengaruhi perceraian itu terjadi adalah latar belakang keluarga. Konsep yang ditanamkan oleh orang tua itulah yang anda terapkan di masa depan. Jika anda terbiasa melihat ayah anda memperlakukan ibu anda dengan cinta kasih, pola itu pula yang akan terserap di kepala anda memperlakukan pasangan anda.

Anak melihat apa yang dilakukan oleh orang tuanya dan itulah yang dianggap yang terbaik dan diterapkan di pernikahan kemudian. Setelah mendapatkan dasar konsep pernikahan dari orang tua, tentu saja tidak menutup kemungkinan seseorang mencari referensi lain, seperti dari pengalaman orang lain dan juga membaca buku. Tapi, sangat disayangkan, kebanyakan orang tidak mau menggabungkan diantara keduanya.

Untuk mengantisipasi pernikahan kilat yang terjadi akhir-akhir ini, disarankan, anda harus yakin bahwa anda mengetahui resiko-resiko yang akan terjadi di depan saat memasuki lembaga pernikahan. Anda harus memastikan bahwa anda sudah siap dengan tanggung jawab yang menanti di kemudian hari. Jangan mudah menyerah dan memutuskan segala sesuatu dalam waktu singkat. Jika menemukan hambatan di depan mata, lebih baik jangan lari dari kenyataan.

Pergunakan masa berpacaran dengan sebaik mungkin, perdalam pengetahuan dan informasi mengenai calon pasangan hidup. Lihatlah pola yang diterapkan oleh orang tuanya. Jika berasal dari keluarga yang hangat, kemungkinan besar ia akan membawa pola tersebut dalam pernikahan. Sebagai referensi, sebelum masuk ke lembaga pernikahan, pastikan juga masing-masing pihak sudah mengetahui porsi yang harus dilakukan.

Kesimpulan

Pada umumnya, perempuan memiliki kecenderungan untuk memaafkan dan menerima kekurangan pasangan dan berharap satu saat nanti bisa berubah. Kemungkinan itu bisa saja terjadi, namun, yang paling penting adalah kesadaran dari pasangan dan seorang perempuan tahu apa yang akan sekaligus dapat diubah dari pasangannya.

Baca Juga Mengatasi Konflik Ketika Penghasilan Istri Lebih Besar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel